kisahku
Pagi mulai menjelang,
matahari mulai tampakkan sinarnya. Di tepi trotoar aku berteduh menunggu
rambu-rambu itu mulai berwarna merah. ketika warnanya sudah merah aku segera
turun ke tengah jalan. Dengan harapan akan di beri uang oleh para dermawan.
Doni : pak mintak
sedekahnya pak…”(dengan membawa kantong bekas permen dan wajah yang melas)
Sambil menelusuri Satu-persatu
kendaraan.
Doni : aku melihat hari
sudah mulai sore. Aku harus secepatnya pergi ke pasar, membantu Orang-orang
yang butuh tenagaku.( sambil berjalan menuju pasar)
Setelah bekerja dari
pasar, aku pulang dengan membawa makanan dan obat untuk Ibuku.
Ibu : ( batuk-batuk)
kamu sudah pulang nak.( dengan keadaan yang sedikit lemah)
Maisya : masss aku
lapar ( mengeluh manja padaku)
Doni : ini dekk, mas
sudah membelikan makanan untukmu ( ku berikan kantong plastic berisi makanan
pada Maisya, sedangkan ku berikan satu kantong plastic lagi pada Ibu)
Ibu : apa ini nak ?(
bertanya padaku dengan memegang kantong plastik itu )
Doni : itu obat untuk
Ibu, sebaiknya segera Ibu minum agar cepat sembuh (dengan meyakinkan Ibu )
Sesudah Ibu meminum
obat, aku dan Maisya juga selesai makan.Ibu mengajak kami untuk sholat
berjama’ah.
Ibu : sesudah ini ayo
kita sholat berjama’ah ( ajak Ibu dengan nada yang lembut )
Doni dan Maisya : iya
Bu, ( serempak menjawab )
Sesudah sholat
berjama’ah aku mengambil uang hasil kerjaku,sisa dari membeli makanan dan obat
tadi.
Doni : Bu, ini uang
sisa pembelian obat dan makanan tadi ( dengan menyerahkan uang pada Ibu )
Ibu : apa ini nak, lebih
baik kamu simpan saja untuk tabungan ( dengan mengembalikan uang itu pada ku)
Doni : baik lah bu akan
ku simpan uang ini (dengan memberikan senyum termanisku)
Keesokan harinya, aku kembali untuk mencari uang, kali
ini maisya ikut dengannku.
Maisya : kak, Maisya
ikut sama kakak ya.(dengan memberikan
wajah polosnya)
Doni : iya, kamu boleh
ikut (dengan perasaan yang gembira) ,
(sambil memandangi
Maisya sedang mengamen), ku lihat Maisya sedang asyik menikmati suasana.
Maisya :
(bersenang-senang)
Hari sudah mulai
menjelang sore, aku harus mengantarkan Maisya pulang dulu, sebelum aku pergi ke
pasar. Agar tak merepotkanku di sana.di pasar aku melihat mukenah di sebuah
took.
Doni : (memandangi
took, sambil melihat sebuah mukena) sepertinya mukena itu akan cantik jika di
kenakan oleh Ibu.( sambil melangkahkan kaki ke dalam toko)
Doni :
“Assalamualaikum…”(mengucapkan salam sebelum masuk toko)
Pak Hasan :
“waalaikumsalam” ayo nak silahkan masuk (memanggilku dari dalam toko)
Doni : pak aku ingin
membeli mukena yang di situ(sambil menunjuk ke arah mukena) berapa kira-kira
harganya pak?
Pak Hasan : itu
harganya 100.000, untuk kamu bapak kasih 75000 saja.(sengan tersenyum)
Doni : apa tidak bisa
kurang lagi pak (dengan wajah memelas)
Pak Hasan : itu sudah
paling murah nak, kalo begitu bapak turunkan lagi harganya 70.000 (meyakinkan)
bagaimana?
Doni : baiklah pak,
tapi tolong simpan dulu ya barangnya. Karna tabunganku belum cukup untuk
membelinya.(dengan meyakinkan)
Pak Hasan : baiklah akan
ku simpan nak.
Doni : terimakasih pak,
tunggu sampai aku mengambilnya.
Hari sudah mulai larut
aku harus pulang ke rumah, seperti biasa aku membawakan nasi bungkus untuk Ibu
dan Maisya, di rumah aku melihat Ibu terbaring lemas.
Doni : bu, lebih baik kita
berobat ke dokter yuk..(dengan perasaan yang cemas dan memelas)
Ibu : tidak usah nak,
biaya ke dokter mahal kita tidak punya uang untuk kesana, uhukk…uhuk… ( dengan
terbatuk-batuk)
Doni : tidak apa-apa
bu, Doni punya tabungan kok…( dengan nada sedikit merayu)
Ibu : tidak nak,
mungkin tabunganmu juga belum cukup untuk obatnya.
Uhukk..uhuk...(terbatuk-batuk)
Kemudian aku sholat
berjamaah dengan Maisya, Ibu tidak bisa ikut hari ini.
Doni : (melihat maisya
yang sedang berdo’a)
Maisya : (mengangkat
kedua tangan) ya Allah, aku ingin Ibu cepat sembuh agar Ibu bisa berdo’a
bersama kami, aku juga ingin kau tetap member rizki pada kakak ku ya Allah.
Agar aku tetap bisa meminta makan padanya.
Doni : (meneteskan air
mata dan berbicara dalam hati) anak seusia Maisya sudah begitu tulus untuk
berdo’a seperti itu.
(Saat usai sholat)
Ibu : (sholat dengan
berbaring di tempat tidur)
Doni : (melihat Ibu
sholat) sesakit apa yang di rasakan ibu sampai ia tak mampu untuk sholat sambil
berdiri (dengan nada sedih)
Keesokan harinya, aku
pergi bekerja seperti biasa. Kemudian aku melihat sebuah rumah sakit. Aku ingin
membawa Ibuku berobat tapi…???
Criiiittttttt…..(suara
rem)
Doni : maaf pak aku
tadi tidak lihat jalan, maaf sekali pak…(menundukkan kepala)
Dr.Rudi : (membawa
sebotol kecil air minum) kamu taka pa-apa nak (memberikan air minum)
Doni : tidak pak, aku
tak apa-apa
Dr.Rudi : mari kita ke
sana dulu nak.(menunjuk kea rah wartek)
Doni : mari pak
Dr.Rudi : (memesan
makan dan mengajak duduk) siapa namamu nak, apa yang kamu fikirkan,
kelihatannya kamu begitu gelisah?
Doni : nama saya doni,
anda siapa? Ibu saya sakit pak, aku tak
tau apa yang harus saya lakukan (berharap bisa di tolong)
Dr.Rudi : panggil aku
dokter Rudi, memangnya Ibumu sakit apa?
Doni : Ibu batuk-batuk
terus dok, kata adikku terkadang Ibu mengeluarkan darah dari mulutnya saat
batuk. Namun kami juga tak mampu untuk berobat dok. (melas)
Dr.Rudi : bolehkah
sekarang aku main ke rumahmu nak, aku ingin melihat Ibumu.
Doni : boleh-boleh
dok…!(dengan perasaan senang)
Kemudian kita menuju
rumah, tak ku sangka di sana dokter tak hanya menjenguk, tapi juga memeriksa
kondisi Ibuku.
Dr.Rudi : Doni, kondisi
Ibumu sudah parah, lebih baik kita bawa ke rumahsakit
Doni : tapi dok, saya
tak punya biaya untuk membayar rumahsakit
Dr.Rudi : kamu tenang
saja, tak usah fikirkan biayanya
Doni : sungguh dokk…
Dr.Rudi : iya, nanti
aku akan membantumu. Dengan menanggung semua biaya rumahsakit
Don : baiklah dok mari
segera kita bawa Ibu
Dua minggu berlalu. Aku
tak lagi mengamen, aku hanya menjadi kuli di pasar. Karna pagi aku hanya
menjaga Ibu di rumah sakit.
Sore itu aku harus
bekerja ke pasar, ku titipkan Ibu dan adikku pada Dr.Rudi. di pasar aku membeli
mukenah untuk Ibu.
Doni : (datang ke toko
pak hasan) pak, saya mau membeli mukena yang pernah saya titipkan.
Pak Hasan : (memberikan
mukena) ini mukenanya, sudah bapak siapkan
Doni : terima kasih
pak, ini uangnya, tapi pak ini masih kurang 5000
Pak Hasan : taka pa lah
tak usah kurang saja untukmu nak,(member senyum)
Dengan tergesa-gesa tiba-tiba
Dr.Rudi datang ke pasar dan menghampiriku.
Dr.Rudi : Doni mari
kita segera ke rumah sakit,Ibumu kritis don.(dengan rasa cemas)
Doni : (terkejut) apa
dok, …
Kami menuju rumah
sakit,di depan ruangan Ibu maisya adikku menangis
Maisya : kakak…..(berlari
menuju Doni dengan menangis)
Doni : tenang dek Ibu
pasti sembuh (memeluk maisya beserta mukena yang di beli)
Dr.Rudi : (keluar dari
kamar) Doni kamu harus yang tabah ya, maaf Ibu kamu meninggal.
Doni : (terkejut dan
berteriak) tidaaaakkkk….!!
Ibu tak mungkin meninggalkan kami (memeluk maisya)
Maisya : (menangis)
Ibuuu….Ibu…
Doni : (menangis)
padahal aku sudah persiapkan kado untuk Ibu,….hiks…hiks…
Dr.Rudi : kamu yang
sabar ya nak (menenangkan Doni) ikhlaskan Ibu Don,
Sebelum beliau meninggal ia sudah meitipkan kalian
padaku.
Akhirnya aku dan Maisya
tinggal bersama Dr.Rudi, di sana kami sekarang di sekolahkan dan di didik, dan
mukenah untuk Ibu akan ku simpan sebagai kenangan.