Jumat, 31 Januari 2014

TEKS DRAMA

kisahku

Pagi mulai menjelang, matahari mulai tampakkan sinarnya. Di tepi trotoar aku berteduh menunggu rambu-rambu itu mulai berwarna merah. ketika warnanya sudah merah aku segera turun ke tengah jalan. Dengan harapan akan di beri uang oleh para dermawan.
Doni : pak mintak sedekahnya pak…”(dengan membawa kantong bekas permen dan wajah yang melas)
Sambil menelusuri Satu-persatu kendaraan.
Doni : aku melihat hari sudah mulai sore. Aku harus secepatnya pergi ke pasar, membantu Orang-orang yang butuh tenagaku.( sambil berjalan menuju pasar)
Setelah bekerja dari pasar, aku pulang dengan membawa makanan dan obat untuk Ibuku.
Ibu : ( batuk-batuk) kamu sudah pulang nak.( dengan keadaan yang sedikit lemah)
Maisya : masss aku lapar ( mengeluh manja padaku)
Doni : ini dekk, mas sudah membelikan makanan untukmu ( ku berikan kantong plastic berisi makanan pada Maisya, sedangkan ku berikan satu kantong plastic lagi pada Ibu)
Ibu : apa ini nak ?( bertanya padaku dengan memegang kantong plastik itu )
Doni : itu obat untuk Ibu, sebaiknya segera Ibu minum agar cepat sembuh (dengan meyakinkan Ibu )
Sesudah Ibu meminum obat, aku dan Maisya juga selesai makan.Ibu mengajak kami untuk sholat berjama’ah.
Ibu : sesudah ini ayo kita sholat berjama’ah ( ajak Ibu dengan nada yang lembut )
Doni dan Maisya : iya Bu, ( serempak menjawab )
Sesudah sholat berjama’ah aku mengambil uang hasil kerjaku,sisa dari membeli makanan dan obat tadi.
Doni : Bu, ini uang sisa pembelian obat dan makanan tadi ( dengan menyerahkan uang pada Ibu )
Ibu : apa ini nak, lebih baik kamu simpan saja untuk tabungan ( dengan mengembalikan uang itu pada ku)
Doni : baik lah bu akan ku simpan uang ini (dengan memberikan senyum termanisku)
            Keesokan harinya, aku kembali untuk mencari uang, kali ini maisya ikut dengannku.
Maisya : kak, Maisya ikut sama  kakak ya.(dengan memberikan wajah polosnya)
Doni : iya, kamu boleh ikut (dengan perasaan yang gembira) ,
(sambil memandangi Maisya sedang mengamen), ku lihat Maisya sedang asyik menikmati suasana.
Maisya : (bersenang-senang)
Hari sudah mulai menjelang sore, aku harus mengantarkan Maisya pulang dulu, sebelum aku pergi ke pasar. Agar tak merepotkanku di sana.di pasar aku melihat mukenah di sebuah took.
Doni : (memandangi took, sambil melihat sebuah mukena) sepertinya mukena itu akan cantik jika di kenakan oleh Ibu.( sambil melangkahkan kaki ke dalam toko)
Doni : “Assalamualaikum…”(mengucapkan salam sebelum masuk toko)
Pak Hasan : “waalaikumsalam” ayo nak silahkan masuk (memanggilku dari dalam toko)
Doni : pak aku ingin membeli mukena yang di situ(sambil menunjuk ke arah mukena) berapa kira-kira harganya pak?
Pak Hasan : itu harganya 100.000, untuk kamu bapak kasih 75000 saja.(sengan tersenyum)
Doni : apa tidak bisa kurang lagi pak (dengan wajah memelas)
Pak Hasan : itu sudah paling murah nak, kalo begitu bapak turunkan lagi harganya 70.000 (meyakinkan) bagaimana?
Doni : baiklah pak, tapi tolong simpan dulu ya barangnya. Karna tabunganku belum cukup untuk membelinya.(dengan meyakinkan)
Pak Hasan : baiklah akan ku simpan nak.
Doni : terimakasih pak, tunggu sampai aku mengambilnya.
Hari sudah mulai larut aku harus pulang ke rumah, seperti biasa aku membawakan nasi bungkus untuk Ibu dan Maisya, di rumah aku melihat Ibu terbaring lemas.
Doni : bu, lebih baik kita berobat ke dokter yuk..(dengan perasaan yang cemas dan memelas)
Ibu : tidak usah nak, biaya ke dokter mahal kita tidak punya uang untuk kesana, uhukk…uhuk… ( dengan terbatuk-batuk)
Doni : tidak apa-apa bu, Doni punya tabungan kok…( dengan nada sedikit merayu)
Ibu : tidak nak, mungkin tabunganmu juga belum cukup untuk obatnya. Uhukk..uhuk...(terbatuk-batuk)
Kemudian aku sholat berjamaah dengan Maisya, Ibu tidak bisa ikut hari ini.
Doni : (melihat maisya yang sedang berdo’a)
Maisya : (mengangkat kedua tangan) ya Allah, aku ingin Ibu cepat sembuh agar Ibu bisa berdo’a bersama kami, aku juga ingin kau tetap member rizki pada kakak ku ya Allah. Agar aku tetap bisa meminta makan padanya.
Doni : (meneteskan air mata dan berbicara dalam hati) anak seusia Maisya sudah begitu tulus untuk berdo’a seperti itu.
(Saat usai sholat)
Ibu : (sholat dengan berbaring di tempat tidur)
Doni : (melihat Ibu sholat) sesakit apa yang di rasakan ibu sampai ia tak mampu untuk sholat sambil berdiri (dengan nada sedih)
Keesokan harinya, aku pergi bekerja seperti biasa. Kemudian aku melihat sebuah rumah sakit. Aku ingin membawa Ibuku berobat tapi…???
Criiiittttttt…..(suara rem)
Doni : maaf pak aku tadi tidak lihat jalan, maaf sekali pak…(menundukkan kepala)
Dr.Rudi : (membawa sebotol kecil air minum) kamu taka pa-apa nak (memberikan air minum)
Doni : tidak pak, aku tak apa-apa
Dr.Rudi : mari kita ke sana dulu nak.(menunjuk kea rah wartek)
Doni : mari pak
Dr.Rudi : (memesan makan dan mengajak duduk) siapa namamu nak, apa yang kamu fikirkan, kelihatannya kamu begitu gelisah?
Doni : nama saya doni, anda siapa?  Ibu saya sakit pak, aku tak tau apa yang harus saya lakukan (berharap bisa di tolong)
Dr.Rudi : panggil aku dokter Rudi,  memangnya Ibumu sakit apa?
Doni : Ibu batuk-batuk terus dok, kata adikku terkadang Ibu mengeluarkan darah dari mulutnya saat batuk. Namun kami juga tak mampu untuk berobat dok. (melas)
Dr.Rudi : bolehkah sekarang aku main ke rumahmu nak, aku ingin melihat Ibumu.
Doni : boleh-boleh dok…!(dengan perasaan senang)
Kemudian kita menuju rumah, tak ku sangka di sana dokter tak hanya menjenguk, tapi juga memeriksa kondisi Ibuku.
Dr.Rudi : Doni, kondisi Ibumu sudah parah, lebih baik kita bawa ke rumahsakit
Doni : tapi dok, saya tak punya biaya untuk membayar rumahsakit
Dr.Rudi : kamu tenang saja, tak usah fikirkan biayanya
Doni : sungguh dokk…
Dr.Rudi : iya, nanti aku akan membantumu. Dengan menanggung semua biaya rumahsakit
Don : baiklah dok mari segera kita bawa Ibu
Dua minggu berlalu. Aku tak lagi mengamen, aku hanya menjadi kuli di pasar. Karna pagi aku hanya menjaga Ibu di rumah sakit.
Sore itu aku harus bekerja ke pasar, ku titipkan Ibu dan adikku pada Dr.Rudi. di pasar aku membeli mukenah untuk Ibu.
Doni : (datang ke toko pak hasan) pak, saya mau membeli mukena yang pernah saya titipkan.
Pak Hasan : (memberikan mukena) ini mukenanya, sudah bapak siapkan
Doni : terima kasih pak, ini uangnya, tapi pak ini masih kurang 5000
Pak Hasan : taka pa lah tak usah kurang saja untukmu nak,(member senyum)
Dengan tergesa-gesa tiba-tiba Dr.Rudi datang ke pasar dan menghampiriku.
Dr.Rudi : Doni mari kita segera ke rumah sakit,Ibumu kritis don.(dengan rasa cemas)
Doni : (terkejut) apa dok, …
Kami menuju rumah sakit,di depan ruangan Ibu maisya adikku menangis
Maisya : kakak…..(berlari menuju Doni dengan menangis)
Doni : tenang dek Ibu pasti sembuh (memeluk maisya beserta mukena yang di beli)
Dr.Rudi : (keluar dari kamar) Doni kamu harus yang tabah ya, maaf Ibu kamu meninggal.
Doni : (terkejut dan berteriak) tidaaaakkkk….!!
            Ibu tak mungkin meninggalkan kami (memeluk maisya)
Maisya : (menangis) Ibuuu….Ibu…
Doni : (menangis) padahal aku sudah persiapkan kado untuk Ibu,….hiks…hiks…
Dr.Rudi : kamu yang sabar ya nak (menenangkan Doni) ikhlaskan Ibu Don,
            Sebelum beliau meninggal ia sudah meitipkan kalian padaku.

Akhirnya aku dan Maisya tinggal bersama Dr.Rudi, di sana kami sekarang di sekolahkan dan di didik, dan mukenah untuk Ibu akan ku simpan sebagai kenangan.